Angka 0 (nol) adalah bilangan untuk menyatakan suatu ketiadaan. Hampir setiap hari, angka nol selalu hadir dan melekat dalam kehidupan manusia. Contohnya, ketika kamu mau menulis nomor handphone, menghitung transaksi jual beli, hingga membayar tagihan listrik pun tak lepas dari peran angka ini.
Namun tahukah kamu, rupanya ratusan tahun silam manusia hanya mengenal 9 buah bilangan saja, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9? Nol adalah angka yang paling belakangan ditemukan.
Yuk, simak selengkapnya kisah bilangan satu ini.
1. Digunakan oleh Bangsa Babilonia sebagai pembatas
Angka nol sudah dikenal dan digunakan oleh Bangsa Babilonia yang tinggal di Lembah Mezopotamia sekitar 300 SM silam, guys. Awalnya mereka menggunakan simbol dua garis miring untuk mewakili kolom nomor yang kosong, untuk membedakan puluhan, ratusan, dan ribuan. Contohnya, untuk menjelaskan bahwa dalam angka 3055 berbeda dengan angka 355.
Meski telah mengenal dan menggunakan angka nol, sayangnya mereka masih belum mempelajari sifat-sifatnya. Sehingga angka nol masih belum mempunyai nilai numerik yang berdiri sendiri.
2. Digunakan Bangsa Maya di Amerika untuk penghitungan kalender
600 tahun kemudian, angka nol ditemukan dalam peradaban Bangsa Maya yang berjarak 12 mil jauhnya dari Bangsa Babilonia. Bangsa yang hidup di Benua Amerika ini mengembangkan angka nol untuk sistem perhitungan kalender mereka. Nol diwakili dengan simbol mata.
Menariknya, meski mereka juga terkenal sangat pandai dalam bidang matematika, mereka tidak menggunakan angka nol ini untuk menghitung persamaan. Mungkin memang angka nol ini belum dianggap sesuatu yang penting kali, ya.
3. Baru menjadi angka yang memiliki nilai sendiri di India
Konsep nol baru muncul dan berkembang di India sekitar tahun 458 M. Uniknya, konsep nol ini muncul pertama kali yang muncul justru dalam bentuk pengucapan pada persamaan matematika, puisi, atau nyanyian. Nol dalam bahasa Sansekerta disebut “sunya“, disimbolkan dalam beberapa kata yang berbeda, seperti “ruang”, “hampa”, atau “angkasa”.
Selanjutnya, baru pada 628 M seorang astronom dan ahli matematika bernama Brahmagupta mengembangkan sifat-sifat tersendiri untuk nol. Matematikawan India ini menunjukkan bahwa angka nol bisa berfungsi untuk memisahkan angka positif dan negatif. Selain itu, dia juga mengembangkan operasi matematika seperti penjumlahan dan pengurangan, serta perkalian dan pembagian menggunakan angka nol. Sehingga kini dapat diketahui bahwa 2 + (-2) = 0.
Orang-orang India menulis angka nol dengan simbol sebuah titik. Pada masa ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah dunia, angka nol telah memiliki nilai yang berdiri sendiri.
4. Diperkenalkan secara luas oleh intelektual muslim bernama Al-Khwarizmi
Dari India, angka nol berkembang ke China dan Timur Tengah. Pada Tahun 773 M, nol mulai populer dan diadopsi di Baghdad. Orang-orang Arab menyebut lingkaran ini sebagai “sifr” yang berarti “kosong” dan disimbolkan dengan titik.
Salah seorang ahli matematika dari Persia, bernama Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizm, menyarankan bahwa lingkaran kecil harus digunakan dalam perhitungan jika tidak terdapat suatu nomor di tempat puluhan. Nol menjadi semakin terkenal dan penting, berkat matematikawan yang bekerja di Bayt al Hikmah ini.
Al-Khawarizmi pun menggunakannya untuk menciptakan teori aljabar pada abad ke-9. Selain itu, ia juga mengembangkan metode untuk mengalikan dan membagikan angka yang disebut algoritma.
5. Dikenal di Eropa pada abad ke-12
Angka nol baru sampai ke Eropa sekitar abad ke-12. Dibawa oleh Bangsa Moor yang muslim dari Maroko ketika menaklukan Andalusia. Namun, di kalangan orang-orang Eropa terjadi pertentangan. Sebagian beranggapan bahwa nol atau “sifr” adalah angka setan atau kode yang membahayakan negara. Bahkan, Pemerintah Italia pun sempat melarang angka yang berasal dari India-Arab ini digunakan, lho.
Untung, seorang matematikawan Italia, Leonardo Fibonacci menciptakan Teori Fibonacci yang melibatkan angka nol. Teori ini kemudian menjadi populer dan digunakan untuk membantu penyusunan pembukuan bagi para pedagang. Meski harus digunakan secara diam-diam, angka ini tetap digunakan di Eropa. Nama “sifr” pun berkembang menjadi “chiper”, yang juga berarti “sandi” atau “kode”.
Baru pada tahun 1600-an, angka nol bebas digunakan secara luas di seluruh Eropa. Para ilmuwan Eropa seperti Rene Descartes menciptakan sistem koordinat kartesian. Serta Isaac Newton, dan Gottfried Wilhem Leibniz berhasil mengembangkan kalkulus. Pada gilirannya, kalkulus membukakan jalan bagi perkembangan ilmu fisika, teknik, komputer, serta teori keuangan dan ekonomi.
Mulai saat itu, angka nol tersebar ke seluruh penjuru dunia dan melekat dengan perhitungan manusia hingga hari ini. Sekilas sederhana, prosesnya ternyata penuh lika-liku ya?