Perayaan Paskah selalu diidentikkan dengan telur Paskah, kelinci Paskah dan permen.
Bagaimana awalnya tradisi ini berlangsung?
Melacak kembali jejak sejarahnya, sejumlah sumber menyebutkan, kisah asal telur Paskah dimulai di Eropa Abad Pertengahan, dan kemungkinan tak berasal dari orang Kristen. Telur Paskah pertama justru sebenarnya milik tradisi agama yang berbeda.
“Banyak peneliti percaya bahwa Paskah berawal dari peringatan awal Festival Anglo-Saxon yang merayakan Dewi Eastre, dan datangnya musim semi, dalam arti mulai bersemi atau ‘bangkitnya alam’ setelah musim dingin,” Carole Levin, Profesor Sejarah dan Direktur Abad Pertengahan dan Program Studi Renaisans di Universitas Nebraska, seperti dilansir dari Time.
“Beberapa misionaris Kristen berharap bahwa merayakan hari-hari suci Kristen pada waktu yang sama dengan festival pagan tersebut akan mendorong pertobatan, terutama dengan turut mengusung simbol serupa. Telur adalah bagian dari perayaan Eastre, dimakan dan juga dikubur di tanah dengan motivasi untuk mendorong kesuburan,” tambah dia.
Tradisi telur ini kemudian berkembang dengan telur yang kemudian dihias. Salah satu sumber menyebutkan, menghias telur paskah merupakan tradisi yang sudah ada sejak abad ke-13. Telur paskah yang dahulunya hanya dicat dengan warna merah sebagai simbol darah Yesus kini mulai didekorasi dengan berbagai warna.
“Telur menjadi simbol kelahiran dan identik dengan kebangkitan kristus, sehingga kalau dikaitkan dengan paskah itu menjadi simbol kebangkitan Yesus yang sudah melewati sengsaranya,” tutur Valentinus Eko, Guru Agama katolik di salah satu sekolah swasta di Jakarta saat dihubungi CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Merunut kembali jejak sejarahnya, menghias telur ini ditengaria berawal di Inggris pada 1290, ketika Edward I membeli 450 telur untuk dwarnai atau dihias dengan daun keemasan dan didistribusikan pada ‘pasukan kerajaan’ untuk Easter. Kisah ini dimuat dalam buku ‘Stations of the Sun; A History of the Ritual Year in Britain’ yang ditulis Ronald Hutton, profesor sejarah di University of Bristol, seperti dikutip dari Time.
Dua abad kemudian, Vatican mengirimkan Henry VII sebuah telur yang dibungkusoleh pelindung perak sebagai ‘hadiah musiman’, yang kemudian terkenal dengan sebutan eggsilver atau telur perak. Barulah pada akhir abd 19 dan awal 20, telur hias Paskah menjadi sesuatu yang biasa diberikan pada anak-anak dibanding diberikan pada Gereja, masyarakat miskin atau pemerintah setempat.
Selain telur, Paskah juga identik dengan kelinci. Konon, kebiasaan ini juga berasal dari tradisi pagan yang merayakan Dewi Eostre atau Austro yang dikenal sebagai dewi musim semi atau dewi kesuburan yang biasanya ditampilkan memegang telur dan kelinci. Di samping itu, kelinci dikenal sebagai simbol kesuburan dan permulaan kehidupan baru karena dikenal mampu berkembang biak dengan cepat dan banyak.
Sebagai itikad baik oleh para misionaris yang menyebarkan agama, aspek telur dan kelinci dari festival itu dijalin ke dalam konteks liburan Kristen untuk merekrut orang-orang pagan ke Kristen.
Dikutip dari NY Daily News, situs Catholic.org menyatakan bahwa “kelinci adalah pembiak yang produktif … dan telah lama dikaitkan dengan musim semi dan kehidupan baru.” Situs ini juga mengungkapkan orang Yunani kuno percaya kelinci bisa berkembang biak sebagai perawan – keyakinan yang akhirnya menghubungkan gubuk kecil dengan Mary, ibu Yesus.
Kedua hal tersebut, telur dan kelinci kemudian diikuti oleh tradisi lainnya yakni membagikan permen. Ditengarai asal usul permen paskah berasal dari tahun 1800-an i Eropa dimana pembuatan telur cokelat pertama kali dibuat. Saat ini, permen yang berbentuk telur atau kelinci juga dapat dengan mudah ditemui dan permen ini menjadi tanda untuk hari raya paskah yang identik dengan telur dan kelinci.