Kamu sedang nonton TV atau streaming drama Korea yang baru kamu unduh sambil nyemil keripik kentang yang baru kamu beli kemarin. Dalam waktu 30 menit, tanpa sadar, sudah ludes. Bawaannya ingin buka satu kemasan lagi?
Tunggu dulu! Bisa jadi, itu dikarenakan zat pada keripik kentang yang membuat otakmu mengirim sinyal agar kamu merasa terus lapar.
Seorang peneliti obesitas asal Jerman, Achim Peters, mengingatkan bahwa bahan-bahan kimia pada makanan, dari pengawet hingga pestisida, dapat menyebabkan kenaikkan berat badan. Caranya? Zat-zat ini memengaruhi otak sehingga mengirimkan “sinyal palsu” sehingga tubuh mengonsumsi lebih banyak kalori. Hasilnya? Obesitas.
“Mereka yang mengonsumsi makanan alami – tanpa bahan kimia – melindungi otak mereka dari sinyal-sinyal palsu ini, sehingga otak dapat mengatur energi lebih baik. Dengan kata lain, otak manusialah yang menentukan apakah seseorang akan tetap langsing atau malah gemuk,” papar Peters.
Kamu merasa tercerahkan dan ingin tetap langsing? Baiklah! Kalau begitu, inilah 5 zat-zat pada makanan dan minuman yang harus hindari agar tetap sehat dan langsing.
1. Disodium guanilat
Zat pada makanan dan minuman pertama yang harus kamu hindari adalah disodium guanilat. Mengapa pertama? Karena bahan ini adalah yang ditemukan pada makanan seperti keripik kentang dan snack kemasan lain yang biasa kamu camil sambil bersantai.
Diproduksi dari rumput laut dan ikan kering, dinatrium guanilat biasa amat “akrab” dengan garam pada snack kemasan. Ketika dikombinasikan, garam dan dinatrium guanilat dapat mengirimkan sinyal palsu (seperti yang dijelaskan di atas) pada otak, sehingga menghasilkan reaksi adiktif.
Hasilnya, kamu jadi ingin ngemil camilan asin terus! Pada akhirnya, sebelum kamu sadari, timbangan sudah naik pesat.
Seorang ahli gizi asal Amerika Serikat, Monica Reinagel, mengatakan bahwa mereka dengan diet tinggi garam terancam mengonsumsi lebih banyak kalori, sehingga menaikkan berat badan mereka.
“Jika dietmu mengandung banyak camilan, keripik, roti, gorengan, dan makanan cepat saji, bukan hanya garam, melainkan kamu juga lebih banyak mengonsumsi kalori. Itulah hubungan antara garam dan kenaikan berat badan,” jelas Reinagel.
Selain obesitas, ternyata kandungan disodium guanilat harus dihindari bagi penderita asma dan mereka yang ingin mencegah asam urat. Hal tersebut dikarenakan disodium guanilat diubah oleh metabolisme tubuh menjadi purina.
Meskipun jumlahnya sudah diregulasi pada makanan agar tidak menyebabkan asam urat, kalau dikonsumsi terlalu banyak, otomatis akan menyebabkan asam urat di kemudian hari. Tidak mau kan mengalami obesitas dan asam urat? Hiiii…!
2. Aspartam
Kamu sedang berbelanja bulanan dan ingin menstok penyimpanan minuman kesukaanmu? Mungkin ini saatnya untuk melihat kandungan di kemasannya dan berpikir dua kali sebelum membelinya.
Kenapa? Karena mayoritas minuman manis mengandung aspartam. Selain minuman manis, dari yoghurt hingga suplemen vitamin manis mengandung aspartam
Memang, menurut badan pengawas obat dan makanan di seluruh dunia, aspartam sudah diuji dan terbukti aman untuk pengidap diabetes. Pada 2018, beberapa uji coba menyatakan aspartam aman untuk mengurangi asupan kalori dan berat badan pada orang dewasa dan anak-anak.
Lebih manis daripada gula dan dengan hasil uji coba yang bagus, akhirnya aspartam dipakai sebagai pengganti gula dengan jumlah kalori yang kira-kira sama.
Tetapi, karena aspartam yang digunakan dalam minuman atau makanan manis memiliki jumlah yang jauh lebih kecil daripada gula alami, aspartam tidak menawarkan asupan kalori yang cukup untuk tubuh.
Hal tersebut dapat merangsang nafsu makan berlebih. Karena aspartam tidak memberi asupan kalori untuk mengekang perasaan lapar, otak mengirimkan sinyal palsu bahwa tubuh kekurangan nutrisi, dan memerintahkan kita untuk makan lebih banyak. Hasilnya? Timbangan naik lagi!
3. Monosodium glutamat (MSG)
Kebanyakan makan micin, sih!”
Pernah diledek begitu? Ledekan ini ditujukan untuk mereka yang “lamban” dalam berpikir. Kemudian, hal itu diasosiasikan dengan kebiasaan mengonsumsi makanan yang mengandung monosodium glutamat (MSG), salah satu garam turunan dari asam glutamat.
Masa kini, MSG dapat ditemukan hampir di semua jenis makanan, dari padat hingga cair, dan dari makanan utama (daging burger, sosis, atau mi instan), camilan (keripik kentang), hingga bumbu penyedap seperti saos dan kecap.
Ditemukan oleh Kikunae Ikeda (pendiri Ajinomoto) pada 1908, MSG dianggap memberikan rasa lezat nan gurih, atau umami. Hingga saat ini, beberapa perusahaan bumbu pun menggunakan MSG dari Ajinomoto untuk produknya.
Beberapa waktu yang lalu, dunia sempat digemparkan saat beberapa orang mengaku menderita pusing setelah mengonsumsi MSG. Namun, setelah dilakukan blind test, ternyata hanya histeria belaka.
Akan tetapi, pengaruh MSG terhadap timbangan bisa dibuktikan!
Dilansir dari Reuters Health, seorang ahli gizi di University of North Carolina, Chapel Hill, Ka He, mengatakan bahwa meskipun risiko kenaikan berat badan yang disebabkan oleh MSG bersifat ringan, implikasinya pada kesehatan masyarakat sangat besar. Kenapa?
“Karena semua orang memakannya,” kata He.
Kenapa MSG dapat menaikkan berat badan? Konsumsi MSG amat sarat di Tiongkok dan AS, namun, perbandingan indeks massa tubuh rakyat kedua negara terpapar begitu jauh. He mengingatkan bahwa rakyat Tiongkok jauh lebih aktif daripada AS, oleh karena itu, tidak terlihat efeknya.
Dalam penelitiannya, He dan tim meneliti 10.095 warga Tiongkok selama 5,5 tahun. Pada bagian kesimpulan, He mengatakan bahwa mereka yang mengonsumsi MSG rata-rata 5 gram per hari terancam risiko obesitas hingga 33 persen, dibandingkan mereka yang paling sedikit mengonsumsi MSG kurang dari setengah gram per hari.
He membuat hipotesis bahwa MSG mengganggu kinerja hormon leptin yang mengatur metabolisme dan nafsu makan tubuh manusia. Terlalu banyak konsumsi MSG menyebabkan resistansi leptin, sehingga penderita lebih rentan terkena obesitas.
Resistansi leptin menyusahkan tubuh untuk memproses energi yang didapat dari makanan yang dicerna. Alhasil, seberapa banyak kalori yang dicerna, rasanya tetap lapar.
4. Fruktosa
Kemudian, bahan pada makanan dan minuman yang perlu diwaspadai lainnya adalah fruktosa. Pada dasarnya, fruktosa adalah salah satu dari tiga gula utama, yaitu glukosa dan galaktosa. Akan tetapi, terlalu banyak fruktosa malah akan membuatmu gemuk.
Sekadar meluruskan, fruktosa di sini adalah yang 50 persen ada dalam gula bubuk atau sukrosa. Meskipun ada juga di dalam buah, fruktosa buah tidak berbahaya untuk kesehatan, kecuali jika dikonsumsi terlalu banyak.
“Intinya, terlalu banyak juga tidak baik!”
Selain gula biasa, fruktosa juga terdapat di sirop jagung tinggi fruktosa dan sirop agave. Jika kamu melihat di kemasan ada nama tersebut, jangan beli, karena memiliki kadar fruktosa yang tinggi!
Kembali lagi ke fruktosa, dilansir dari Healthline, tubuh manusia memproses glukosa dan fruktosa secara berbeda. Kalau seluruh sel manusia dapat menggunakan glukosa, hati manusia hanya dapat memproses fruktosa dalam jumlah tertentu. Jika terlalu banyak, maka hati akan mengubah fruktosa menjadi lemak.
“Kalau begitu, salah hati dong?”
Bukan. Salah mereka yang makan fruktosa terlalu banyak. Selain membebani hati, berbagai penelitian mengungkapkan bahwa fruktosa berlebihan dapat menyebabkan:
- Resistensi leptin (sama seperti MSG) yang mengakibatkan obesitas;
- Resistensi insulin yang menyebabkan diabetes tipe 2;
- Asam urat dan pirai;
- Kelebihan makan karena tidak menekan nafsu makan seperti glukosa;
- Perlemakan hati;
- Penyakit jantung karena meningkatkan kadar kolesterol VLDL, menyebabkan akumulasi lemak.
5. Natrium siklamat
Kandungan berbahaya pada makanan dan minuman terakhir di daftar ini adalah sodium siklamat. Terdengar asing? Kamu biasa akan menemukan natrium siklamat sebagai pemanis buatan pada selai untuk roti, diet soda, hingga agar-agar.
Hingga saat ini, terdapat 130 negara dunia, termasuk Indonesia, yang mengizinkan pemakaian natrium siklamat pada produknya.
Pada 1969 hingga saat ini, Amerika Serikat melarang penggunaan natrium siklamat pada produk-produk makanan dan minuman setelah sebuah penelitian menemukan bahwa konsumsi kombinasi natrium siklamat dan sakarin dalam jangka panjang (setara 550 kaleng soda per hari) dapat menyebabkan kanker kandung kemih pada tikus.
Selain kanker kantung kemih, konsumsi natrium siklamat berlebih menyebabkan tekanan darah naik dan pengecilan testis pada tikus. Meskipun seluruh penelitian ini berbasis pada tikus, efeknya dikatakan mendekati dengan apa yang akan dialami manusia.
Situs Women’s Weekly menuliskan bahwa konsumsi natrium siklamat berlebih dapat menyebabkan tubuh memproduksi terlalu banyak insulin sehingga menjadi lemak yang membuat gemuk. Lalu, seseorang yang terlalu sering mengonsumsi natrium siklamat dapat menjadi tidak suka dengan makanan/minuman yang tidak manis.
Itulah lima kandungan berbahaya dalam makanan dan minuman yang perlu kamu hindari agar tidak gemuk. Mengutip kata Achim Peters, mengonsumsi makanan alami tanpa embel-embel tambahan adalah yang paling baik untuk tubuh dan berat badan. Yuk, konsumsi makanan sehat demi kesehatanmu!