Virus Covid-19 menjadi momok yang menakutkan bagi setiap negara. Sudah ratusan ribu orang yang terjangkit wabah mematikan ini, juga telah menelan ribuan korban jiwa. Artinya virus yang lahir dari kota Wuhan tersebut tak bisa dianggap hal sepele, bahkan karena peningkatannya yang begitu cepat dengan waktu relatif singkat membuat statusnya sebagai pandemi global oleh WHO. Badan kesehatan dunia itu melihat penyebaran Covid-19 ini begitu massif dengan tingkat penyebaran yang sangat tinggi.
Namun, kabar buruk lainnya adalah bahwa Covid-19 tersebut belum ada vaksin yang mampu untuk mencegah dan menyembuhkan para pasien yang terjangkit. Hal ini tentu menjadi pekerjaan rumah yang berat bagi para pakar kesehatan yang memang ditugaskan untuk membuat vaksin tersebut. Apalagi proses penciptaan vaksin untuk menumpaskan Corona ini membutuhkan waktu yang lama. Perlu adanya uji coba dan berbagai macam rangkaian proses hingga mampu membuat vaksin yang memang cocok dipakai manusia.
bagaimana tahapan perjalanan pembuatan vaksin tersebut dilakukan?
1. Pemilihan Antigen
Pada pengertiannya antigen adalah sebuah zat yang mampu merespon imun terutama dalam hal menghasilkan antibodi.
Lalu dari mana sumber antigen itu dihasilkan? Maka banyak hal-hal yang dapat mengahsilkan antigen, di antaranya dari racun, bakteri, virus, bahan kima, dan zat lain yang berasal dari luar tubuh manusia. Untuk kasus Corona ini sendiri maka antigen berasal dari molekul protein dari dalam virus tersebut.
Hal yang terpenting dalam proses ini adalah terletak pada pemilihan anitgen itu sendiri. Perlunya ketelitian dalam proses pengujian juga mesti berulang-ulang dalam memilih antigen tersebut. Sebab tahapan pertama ini merupakan dasar dari langkah pembuatan vaksin. Jadi, benar-benar memang harus sudap siap dalam segala hal. Tak boleh sembarangan.
2. Isolasi Antigen
Selanjutnya adalah isolasi antigen, hal ini memiliki tujuan agar terpisahnya zat-zat yang tidak dibutuhkan dalam proses pembuatan vaksin itu sendiri. Sehingga menghasilkan antigen yang benar-benar murni dan tidak terkontaminasi dengan zat lain.
Ternyata proses kedua ini memakan waktu cukup lama. Biasanya para peneliti akan mengurutkan struktur asam nukleat, protein sederhana, hingga reseptor virus. Kesemuanya itu dilakukan lewat inang hewan yang hidup. Hal ini bukan tanpa alasan, karena memang virus mampu aktif bahkan berkembang biak saat berada dalam inang hewan yang hidup sehat.
3. Inaktivasi
Pada proses ini seluruh organisme yang menjadi bahan dasar akan dinonaktifkan. Kemudian dari proses inilah nantinya yang akan menghasilkan klasifikasi calon vaksin yakni vaksin hidup, vaksin mati, toxoid, dan vaksin konjugat. Karena pembuatan vaksin yang berbeda, maka kontribusi dari para ilmuwan dan peneliti sangatlah penting, juga dana yang dibutuhkan tak sedikit, dan waktunya pun memakan jangka yang lama.
4. Formulasi
Tahap ini sangatlah penting sekaligus paling rumit. Mengapa? Jika gagal maka seluruh prosesnya harus dimulai sedari awal kembali. Yakni tentang penambahan bahan dasar vaksin, mengombinasi vaksin, serta harus menentukan apakah vaksin tersebut akan dibuat sebagai vaksin tunggal atau vaksin kombinasi.
Antigen yang menjadi bahan dasar akan ditambahkan dengan zat adjuvan yang memiliki fungsi untuk memperkuat sistem imun yang ada di dalam tubuh manusia.
5. Pengujian
Seperti apa proses pengujian ini berlangsung? Pertama, vaksin akan diuji terlebih dahulu di laboratorium. Pada tahap ini, para peneliti akan melihat apakah vaksin tersebut lolos dari uji coba atau tidak.
Tahapan kedua ialah vaksin yang telah dianggap memenuhi kriteria uji coba laboratorium akan diuji kembali dengan media hewan. Tahap ini memakan waktu bertahun-tahun. Peneliti harus benar-benar mencatat setiap perubahan kecil yang terjadi.
Proses selanjutnya ketika setelah melewati uji coba pada hewan, maka selanjutnya diterapkan ke manusia. Lagi-lagi waktu yang diperlukan dalam tahap ini memakan waktu yang panjang hingga 10 tahun. Uji klinis ini diberikan kepada sukarelawan yang telah memahami konsekuensi yang akan diterima dan mereka telah sepakat.
Tidak sampai di situ saja, jika uji klinis ini berhasil ternyata belum tentu disetujui oleh seluruh dunia. Maka akan kembali diuji vaksin tersebut dengan melibatkan relawan yang lebih banyak lagi. Setelah seluruh dunia menyetujui maka akan diajukan sebagai vaksin yang penggunaannya dilakukan secara masif dalam hal ini WHO yang akan mengawasi penyebaran vaksin tersebut ke seluruh dunia.