Kesadaran minum susu dan pola hidup sehat makin meningkat akhir-akhir ini. Bagi Akbar Al Kautsar dan teman-temannya, ini adalah sebuah peluang besar yang harus ditangkap, maka mereka bersama-sama mendirikan usaha warung susu segar atau kedai susu.
“Awalnya, kami mau bareng-bareng sukses sama teman. Lalu, dicarilah usaha apa yang bisa dikelola bareng-bareng. Diputuskanlah usaha susu,” kata pria yang sering disapa Aldo ini, di Bekasi.
Karena Aldo adalah penikmat susu dan dia telah merasakan manfaatnya, maka dia dan teman-temannya membuat gerakan minum susu untuk orang-orang di usia 20-40 tahun. “Masyarakat harus gemar minum susu, terutama usia-usia 20-40 tahun, orang sudah jarang minum susu,” ujarnya.
Kedai susu, didirikannya di Bekasi terinspirasi oleh kedai susu yang ada di Yogyakarta dan Jawa tengah seperti Semarang. Aldo dan teman-temannya melihat, konsep kedai susu yang berbeda, seperti halnya di Jawa Tengah itu, belum ada di Bekasi.
“Kedai susu yang lain itu (di Bekasi-Red.) masih tradisional. Kalau kami memodernisasi cara minum susu. Impact pasarnya lebih besar dibandingkan berjualan dengan tradisional,” kata dia.
Moo Nyusu dengan gambar kartun sapi yang sedang mengedipkan mata menjadi pilihan nama dan logo usaha kedai susunya. Aldo meilih nama itu dengan alasan ‘Moo’ bisa berarti ‘mau’ atau bisa juga ‘suara sapi’.
Lili Suparta, teman Aldo dalam usaha ini menambahkan bahwa kini masyarakat bisa mendapatkan jajanan yang sehat dan harganya murah.
“Dengan harga Rp5 ribu, masyarakat bisa menikmati jajanan yang sehat,” kata Lili.
Pertama kalinya, mereka mencoba membuka kedai Moo Nyusu di daerah Cibitung, Bekasi. Modal yang digelontorkan pun lumayan besar, yaitu Rp30 juta. Modal ini digunakan untuk membeli sejumlah bahan baku dan perlengkapan bisnis Moo Nyusu. Mulai dari susu, tenda, kursi pembeli, hingga i-Pad.
Lho, Jual Susu kok Ada iPad?
Lho, kok iPad? Gadget ini diikutsertakan dalam bisnis susu agar masyarakat tidak bosan menunggu saat membeli susu. Pembeli bisa memainkan aplikasi permainan di iPad yang sengaja dipajang di gerobak susu Moo Nyusu.
Tak hanya itu, pembeli juga bisa berfoto narsis di depan banner Moo Nyusu dengan properti narsis yang disediakan kedai ini. “Biar pembeli nggak boring,” kata dia.
Lalu, bagaimana dengan suplai susu? Aldo memperoleh susu segar dari Jakarta Timur dan Bekasi. Per harinya, susu segar yang dibutuhkan sebanyak 350 liter dan diolah di pusat-pusat wilayah.
Misalnya, pengolahan susu Moo Nyusu Jakarta Barat di Bukit Kosambi dan di Bekasi ada di Margahayu. Selain mengolah susu segar, Moo Nyusu juga mengolah perasa susu untuk memberi varian rasa susu yang dijualnya.
Produk yang dijual Moo Nyusu adalah minuman susu yang dikemas dalam kemasan plastik, yang dibanderol mulai dari Rp5 ribu per kemasan. Rasa susunya pun bervariasi, mulai dari tawar, cokelat, hingga mangga.
Omzet Rp90 juta per bulan, Suegerrr!
Tak hanya itu, Moo Nyusu juga menyajikan makanan Moo Nyusu yang mengikutsertakan susu, seperti mie susu, yang dijual mulai Rp8-12 ribu per porsi.
“Kuah mienya kami ganti dengan susu. Hasilnya, tidak enek,” kata dia.
Omsetnya mencapai Rp1,5-3,5 juta per hari. Balik modalnya pun sebulan ketika bisnis dimulai. “Omsetnya tergantung setiap booth, per hari bisa 300-500 cup atau Rp2-3 juta. Misalnya di Cibitung, sebulan dapat omset Rp90 juta,” kata Aldo.
Booth Moo Nyusu, kini, ada di beberapa tempat, seperti di Jatimulya, Cibitung, dan Ciputat. Di setiap kedai ada dua tiga orang yang dipekerjakan.
Aldo berujar bahwa kedai-kedai Moo Nyusu dikelola oleh internal Moo Nyusu. “Sistemnya masih internal. Kami semua yang mengelola masing-masing booth. Teman-teman ini mau pegang wilayah masing-masing,” kata anak ketiga dari empat bersaudara ini.
Aldo berujar, nantinya Moo Nyusu akan dibuka di luar di Bekasi, seperti di Serang dan di Bandung. Tak hanya itu, kedai susu ini akan membuka kemitraan pada April mendatang. “Sudah ada 108 pihak untuk antre (untuk menjadi mitra kami),” kata dia.
Tantangan usaha
Meskipun demikian, tantangan masih ditemui oleh Aldo. Kendala terbesarnya adalah pengolahan susu. “Kendalanya adalah bagaimana cara menjaga susu tetap higienis dan steril. Cara mengolahnya pun tidak boleh salah. Susu segar cepat basi,” kata dia.
Selain itu, masalah tempat. Karena konsep kedai ini masih berupa warung tenda, parkirnya tidak terlalu besar. Diakuinya kedai Moo Nyusu perlu area parkir yang cukup besar supaya pembeli bisa memarkirkan kendaraannya.
“Kendalanya di tempat. Kami perlu parkiran besar,” kata pria kelahiran 1983 ini.
Kendala yang lainnya adalah munculnya plagiat. Disebutkan Aldo, ada yang mencontek gambar sapinya Moo Nyusu untuk dijadikan ikon usaha susu. “Gambar sapi ngedipnya mirip,” kata dia.
Aldo mengatakan, bahwa pihaknya mempromosikan produknya melalui media sosial. Akun resmi Moo Nyusu di Facebook adalah /moo.nyusu, Twitter di @moo_nyusu, dan Instagram: @moo_nyusu.
“Selain promosi dari mulut ke mulut. Kami juga promosi ke medsos. Kadang-kadang anak-anak muda doyan narsis ria dan upload di media sosial sehingga orang penasaran beli (susu) Moo Nyusu di mana,” kata lulusan Universitas Trisakti ini.