Top Choice for Your Business

Klik untuk hubungi kami >> Contact Us

Meyulap Limbah Menjadi Indah, Berikut Kerajinan Dari Popok Bayi Bekas

Kerajinan tangan bisa dibuat dari bahan apa saja, mulai dari kertas, kayu, plastik, bahkan limbah. Di tangan orang kreatif, kerajinan limbah dapat menghasilkan karya yang menarik dengan keuntungan yang cukup menggiurkan.

Kamu tentu tahu ada berbagai macam limbah yang dihasilkan oleh manusia, beberapa mungkin kamu anggap menjijikkan dan tidak terpikir bisa dijadikan hal baru yang bernilai seni atau jual.

Contohnya adalah popok bekas. Kalau kamu membayangkannya, mungkin kamu merasa mual dan jijik karena benda yang satu ini adalah alat untuk menampung kotoran bayi.

Namun, popok bayi bekas ternyata bisa disulap menjadi hiasan yang menarik dan memiliki nilai ekonomis tersendiri.

Selain memiliki nilai jual, kerajinan limbah juga dapat berkontribusi terhadap kebersihan lingkungan.

Sebagaimana kamu tahu, kesadaran masyarakat akan pencemaran lingkungan masih sangat rendah.

Apalagi, sebagian orang memercayai bahwa popok bayi tidak boleh dibakar atau dibuang ke tempat sampah karena akan menyebabkan gatal-gatal pada sang anak.

Karenanya, banyak warga yang sengaja membuangnya ke sungai atau lahan kosong tanpa memikirkan dampaknya terhadap lingkungan.

Berikut ini, kami sudah merangkum beberapa informasi tentang kerajinan limbah dari bahan dasar popok bekas yang juga berkontribusi terhadap pencegahan pencemaran lingkungan. Simak informasinya yuk!

Kerajinan Limbah Popok di Malang
Yunita Lestari Ningsih adalah orang yang pertama kali berinisiatif untuk mengubah popok bekas menjadi sebuah kerajinan limbah di Malang.

Wanita kelahiran tahun 1978 ini menyulap popok tersebut menjadi berbagai hiasan seperti bunga hias, bingkai foto, suvenir, tas, dompet, tempat lampu, selimut, dan juga bantal.

Baca Juga  Matcha Dapat Melindungi Gigi dan Gusi

Kerajinan limbah popok ini diawali sejak tahun 2015 akibat keprihatinan Yunita terhadap banyaknya sampah popok yang berserakan di berbagai tempat, mulai dari sungai sampai persawahan warga.

Mengingat popok terbuat dari bahan yang sulit diurai, keberadaan limbah tersebut tentu akan mencemari lingkungan.

Limbah yang satu ini juga sulit dibakar dan akan butuh waktu lama untuk diurai jika ditimbun dalam tanah.

Maka dari itu, Yunita pun berinisiatif memanfaatkan limbah popok bekas dengan merajutnya menjadi hiasan yang punya nilai jual.

Yunita mulai melakukan sosialisasi kepada para tetangganya agar tidak membuang popok bekas sembarangan.

Dia pun menganjurkan agar mereka mencuci bersih popok bekas tersebut dan menjual popok tersebut kepadanya melalui bank sampah popok untuk menampung popok dari warga.

Dengan begitu, dia bisa mengolahnya menjadi kerajinan limbah yang menarik. Kala itu, satu popok jenis perekat dihargai Rp250,00 sementara popok jenis celana seharga Rp500,00.

Semua bagian dari popok yang dijual kepadanya tidak ada yang terbuang. Yunita memastikan semuanya dimanfaatkan menjadi kerajinan limbah yang menarik.

Proses pembuatan kerajinan ini meliputi pengguntingan, perangkaian, hingga pewarnaan sesuai dengan pola yang diinginkan.

Untuk jenis kerajinan tertentu, dibutuhkan proses pemadatan popok dengan cara menyetrikanya sampai padat baru kemudian digunting seseuai bentuk yang diinginkan.

Popok-popok tersebut juga bisa dirajut agar menjadi lembaran yang lebih besar, biasanya untuk pembuatan tas, dompet, tempat lampu dan kerajian lainnya yang berbentuk besar.

Hasil kerajinan limbah tersebut akan dipasarkan dengan harga Rp5.000,00 sampai Rp125.000,00.

Baca Juga  Suka Berimajinasi, Ini Pekerjaan yang Cocok Buat Kamu

Kamu tidak usah khawatir tentang kebersihan produk kerajinan limbah ini karena selain dilakukan pencucian dengan menggunakan deterjen, popok juga dibersihkan dengan menggunakan desinfektan serta mesin sterilisasi.

 Kerajinan Limbah Popok Banyuwangi
Komunitas yang  diprakarsai oleh Choirul Anwar ini ingin berinovasi untuk menghindari pencemaran oleh limbah popok yang sering dibuang ke sungai dan selokan oleh warga setempat.

Kegiatan ini diharapkan dapat menggerakkan para warga agar berhenti membuang limbah popok sembarangan dan lebih memilih menyumbangkannya kepada anggota komunitas untuk dijadikan kerajinan limbah.

Uniknya, popok yang diserahkan kepada komunitas tidak perlu dibersihkan terlebih dahulu meskipun masih ada sisa kotoran di dalamnya.

Antusiasme warga pun cukup tinggi, terbukti dengan banyaknya warga yang berdatangan ke rumah salah satu anggota komunitas setiap harinya.

Menurut Anwar, limbah popok terdiri dari dua bagian, yaitu kain popok dan hydrogel atau gel popok yang berfungsi untuk menyerap cairan basah.

Bagian kain dapat diolah menjadi kerajinan pot bunga sedangkan gelnya dapat dijadikan gantungan kunci, patung dan gipsum.

Sebelum memulai proses pengolahan, popok akan direndam semalaman agar kotorannya terpisah dan tekstur popok menjadi lebih lembek. Dengan begitu, popok siap dijadikan adonan.

Perendaman juga bertujuan untuk memudahkan proses pemilahan gel yang ada dalam popok untuk dijadikan bahan baku.

Gel yang direndam semalaman akan dicampur dengan formula tertentu agar adonan menjadi lengket dan mudah dibentuk.

Selama proses tersebut, para pengrajin diwajibkan mengenakan masker serta sarung tangan agar terhindar dari virus-virus yang masih menempel pada popok.

Baca Juga  Ini Dampaknya Jika Bumi Berhenti Berputar

Setelah adonan gel dibersihkan, adonan tersebut akan dicetak sesuai dengan bentuk kerajinan yang diinginkan.

Kemudian, kerjainan limbah yang masih setengah jadi akan diwarnai menggunakan cat tembok lalu dijemur di bawah sinar matahari.

Jika cuaca tidak mendung, komunitas dapat menghasilkan lima hingga 10 macam kerajinan dalam berbagai bentuk setiap harinya, misal paving block, vas bunga, hiasan dinding, asbak, dan bata ringan.

Untuk hasil kerajinannya, pengrajin tidak mematok tertentu karena tujuan utama mereka adalah mengedukasi masyarakat agar tidak membuang limbah sembarangan yang akan berdampak sangat buruk terhadap lingkungan.

Kerajinan Limbah Popok di Bandung
Kerajinan limbah yang diusung Pandi Mulyana tidak kalah menarik dari kerajinan limbah popok lainnya.

Pria yang berasal dari Rancaekek, Bandung ini menyulap popok bekas menjadi kerajinan pohon bonsai.

Pohon bonsai yang dia produksi dipasarkan dengan harga Rp 150.000,00 sampai Rp 200.000,00.

Untuk membuat sebuah bonsai, Pandi membutuhkan sebanyak 15 buah popok dan proses pembuatannya memakan waktu selama tiga hari.

Agar dapat membentuk cabang ranting pohon, Pandi pun menggunakan bahan tambahan yaitu kawat. Selain itu, pot untuk bonsai pun ia buat dari bahan popok bekas dengan campuran semen agar lebih menarik.

Popok yang dijadikan bahan baku ia peroleh dari ibu-ibu rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya, baik dalam keadaan masih kotor atau sudah dibersihkan.

Jika belum  dibersihkan, Pandi akan terlebih dahulu mencucinya dengan menggunakan pengahrum lalu dijemur sampai kering.

WhatsApp chat