Sampah merupakan masalah besar dalam peradaban manusia. Berbagai cara telah dilakukan, beberapa diantaranya adalah dengan cara membakarnya, baik secara konvensional, maupun menggunakan alat pembakar sampah yang tertutup, atau disebut juga dengan incinerator.
Sebagian dari kita mungkin pernah terbesit sebuah tanya mengapa tak memanfaatkan kawah dalam gunung berapi untuk menyelesaikan permasalahan sampah? Menurut catatan LIPI dan situs MAGMA, Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktif. Jadi, mengapa tidak dimanfaatkan saja? Ada beberapa alasan mengapa manusia sebaiknya tak menjadikan gunung berapi sebagai tempat pembuangan akhir.
Memakan biaya pengangkutan yang tinggi
Mengangkut sampah dengan voleme besar ke daerah pegunungan memang merupakan pekerjaan sulit dan juga berbahaya. Perjalanannya yang jauh akan membuat biaya pengangkutan menjadi lebih tinggi, serta kondisi jalannya yang sulit dijangkau justru berbahaya bahaya bagi para pengemudi.
Membuang dan membakar sampah di kawah gunung berapi memang banyak pertimbangan. Beberapa puncak gunung yang mungkin bisa di tempuh dengan truk bermuatan berat setidaknya memiliki kriteria shiled volcano, atau gunung berapi perisai. Di Indonesia sendiri, kebanyakan gunung berapi yang aktif berjenis stratovolcano, bagian puncaknya berbentuk kerucut.
Polusi udara
Setiap kita melakukan pembakaran, tentu akan menimbulkan asap. Sama halnya jika sampah dibakar di dalam kawah gunung berapi. Asapnya akan menimbulkan polusi udara, dan justru menjadi sangat berbahaya kalau terhirup saat bernafas.
Jika menggunakan alat incinerator pun, harus dipastikan asap hasil pembakaran tidak menimbulkan racun udara untuk daerah sekitarnya. Polutan utama seperti sulfur dioksida, karbon monoksida, dan yang lainnya, harus tersaring dengan baik.
Memicu aktivitas gunung berapi
Jika kita membuang sampah sedikit saja ke dalam kawah gunung berapi, maka akan menimbulkan reaksi ledakan. Danau lava sangat-lah tidak stabil. Bahkan koyakan kecil saja dapat memicu reaksi berantai yang mengakibatkan ledakan karena adanya uap dengan tekanan tinggi, beserta keasamannya.
Beberapa hipotesis mengatakan bahwa pergerakan yang disebabkan oleh gempa bumi saja, bisa memicu aktivitas gunung berapi. Meskipun begitu, pernyataan tersebut masih terus di teliti secara ilmiah terkait kebenarannya.
Pada tahun 2002 lalu, sekelompok peneliti asal Ethopia melakukan percobaan dengan membuang 30 kilogram sampah ke dalam kubangan magma yang sangat panas. Hasilnya, kawah tersebut bergolak serta terjadi letusan kecil. Namun jika dialakukan dengan jumlah sampah yang begitu banyak, kemungkinan akan menyebabkan letusan yang lebih besar.
Pencemaran lingkungan
Dr. Robin Andrews selaku ahli vulkanologi asal Amerika Serikat, mengatakan bahwa benar jika lava di kawah gunung berapi, memiliki tingkat panas yang tinggi, sehingga mampu melelehkan beberapa benda. Meskipun begitu, tak semua benda bisa melebur di dalam sana.
Tingkat kedalaman lava di kawah gunung berapi memiliki keterbatasan. Jika ada beberapa sampah yang tak bisa terurai dengan sempurna, maka akan tertampung di dalam danau lava. Suatu waktu, jika terjadi erupsi besar, sisa-sisa material tersebut akan keluar bersama lava dan akan mencemari lingkungan sekitar gunung. Kondisi seperti itu justru menambah permasalahan baru.
Itulah beberapa alasan mengapa kita tak seharusnya menjadikan gunung berapi sebagai tempat pembuangan akhir. Kita memang tak memiliki banyak pilihan untuk mengelola sampah, selain reduce, reuse, and recycle (kurangi, gunakan kembali, dan daur ulang).