Serial HBO, House of the Dragon, akhirnya kembali buat season keduanya. Prekuel Game of Thrones ini ngelanjutin lagi dari seri pertamanya.
Di akhir season pertama, pembunuhan Aemond Lucerys jadi batu loncatan buat semua peristiwa di pemutaran perdana season ke-2. Aegon di King’s Landing mulai siapin rencana buat bertempur.
Episode yang berjudul A Son for a Son, sepertinya tidak akan pernah berakhir dengan baik. Di pemutaran perdana House of the Dragon season 2 berakhir dengan tragedi brutal yang (tentunya) menyayat hati.
Di episode pertamanya, Rhaenyra ingin balas dendam pada Aemond karena membunuh putranya. Tapi Aemond mampu menghindari pembalasan itu di A Son for a Son.
Putra Aegon II itu masih sangat kecil, Jaehaerys, dibunuh sebagai pembalasan. Sebenarnya itu bukan niat dari Rhaenyra tapi Daemon mengambil tindakan sendiri, dan harus dibayar mahal.
Ketika Rhaenyra menyatakan dia ingin Aemond mati, Daemon pergi ke King’s Landing dengan informasi tentang beberapa mata-mata dan pembunuh yang diterima dari Mysaria. Dia mengirim dua orang ke Red Keep dengan perintah untuk menemukan dan membunuh Aemond Targaryen.
Kedua pria tersebut yang dikenal oleh pembaca George RR Martin sebagai Blood and Cheese, fokus pada pemikiran mengambil seorang putra dari keluarga Alicent dan Aegon karena mereka gak dapat menemukan Aemond. Mereka akhirnya menemukan saudara perempuan dan istri Aegon, Helaena, bersama anak kembarnya, Jaehaerys dan Jaehaera.
Karena si kembar terlihat sangat mirip, para pria tersebut memaksa Helaena untuk mengungkapkan siapa di antara mereka yang laki-laki.
Akhirnya, Helaena diizinkan membawa putrinya dan pergi. Di scene terakhir, mereka ngaku memang membunuh putranya.
House of the Dragon terinspirasi dari buku Fire & Blood karya George RR Martin, yang berlatar 200 tahun sebelum peristiwa Game of Thrones. Di season kedua, Westeros berada di ambang perang saudara berdarah dengan Dewan Hijau dan Dewan Hitam yang masing-masing perjuangkan Raja Aegon dan Ratu Rhaenyra.
