Top Choice for Your Business

Klik untuk hubungi kami >> Contact Us

Curhatan Jurnalis Papua, Wartawan Yang Meliput di Papua Sering Mendapat Intimidasi

Curhatan Jurnalis Papua, Wartawan Yang Meliput di Papua Sering Mendapat Intimidasi

Sulit Verifikasi Berita Jika Ada Kasus Libatkan Aparat

Pemimpin Redaksi Suara Papua, Arnoldus Belau mengatakan, pihaknya sangat sulit jika ingin memverifikasi suatu isu kepada aparat. Dia menceritakan, Suara Papua sempat dituding oleh Kodam sebagai media yang tak pernah mengonfirmasi kepada aparat.

Arnoldus pun membantah tudingan tersebut, dan menyatakan selalu memverifikasi dan memberikan mereka ruang .

“Dalam beberapa kasus itu sulit sekali terutama ketika kita mau konfirmasi tentang kasus-kasus yang melibatkan aparat. Baik itu penembakan mau pun kekerasan ke masyarakat ataupun penyisiran yang menyebabkan korban di masyarakat,” katanya dalam webinar bertajuk “Akses Informasi di Tanah Papua: Tantangan dan Harapan”, yang digelar Katalogue BEM FISIP UI, Kamis (18/6) malam.

1. TNI-Polri selalu mengklaim bahwa yang ditembak adalah kombatan

Arnoldus mencontohkan, ada anak berusia 13 Tahun di Intan Jaya yang ditembak oleh aparat TNI. Namun, TNI mengklaim, bahwa yang mereka tembak adalah kombatan.

Suara Papua lantas mengonfirmasi hal itu ke Kapolres, Kapolsek Intan Jaya, hingga Kapolda Papua. Namun, mereka semua sama sekali tak memberi pernyataan.

Baca Juga  Fatal, Data 279 Juta Penduduk yang Bocor Bisa Dipakai pada Serangan Phising

“Justru mereka mengeluarkan pernyataan dengan rilis bahwa yang mereka tembak itu kombatan. Nah, ini artinya upaya untuk melakukan verifikasi konfirmasi itu buat saya di Suara Papua yang melibatkan institusi TNI dan Polri, itu sulit sekali,” jelasnya.

2. Wartawan yang meliput di Papua sering mendapat intimidasi dan kekerasan

Arnoldus mengatakan, wartawan yang meliput di Papua seringkali mendapatkan intimidasi dan kekerasan fisik. Yang terbaru, lanjutnya, 3 wartawan Papua diusir dari halaman dekat Kampus Universitas Cendrawasih di Abepura.

“Saat itu mereka mau meliput demonstrasi dari mahasiswa, lalu kemudian mereka diusir,” kata Arnoldus.

3. Wartawan asli dan non-Papua mendapat perlakuan yang sama

Arnoldus melanjutkan, yang menariknya lagi, Kapolsek Abepura menyatakan bahwa ketiga wartawan itu bukanlah wartawan. Bahkan, dia menuding ketiganya ke hal-hal yang negatif.

“Jadi sampai hari ini, tidak hanya wartawan asli Papua, tapi juga wartawan-wartawan non-Papua dapat perlakuan yang sama. Ketika melakukan liputan berkaitan dengan hal-hal yang mungkin sensitif atau hal-hal tertentu, mendapat perlakuan yang sama,” tuturnya.

Sumber : idntimes.com

WhatsApp chat