Banyak orang yang beranggapan bahwa ide-ide kreatif datangnya tiba-tiba dari langit biru. Pada kenyataannya tidaklah demikian sebab ada proses berpikir kreatif (creative thinking) yang harus dilalui untuk menemukan suatu ide kreatif. Creative thinking adalah suatu cara melihat sebuah masalah atau situasi dari perspektif atau sudut pandang baru serta menawarkan solusi yang tidak konvensional. Creative thinking dapat distimulasi baik oleh proses yang tidak terstruktur seperti brainstorming dan juga oleh proses yang terstruktur seperti lateral thinking. Creative thinking adalah suatu kegiatan berpikir yang melibatkan proses pembentukan kesimpulan, pertimbangan-pertimbangan, serta proses penarikan konsekuensi logis atas sejumlah premis. |
Para pekerja kreatif dunia advertising seperti para art director dan copy writer adalah mereka-mereka yang mengembangkan dan mengimplementasikan proses berpikir kreatif dan hasilnya seringkali mengagumkan. Publik seringkali terpana dengan sejumlah hasil karya kreatif dalam bentuk iklan yang dihasilkan oleh para pekerja kreatif. Pertanyaan yang sering mengemuka adalah seperti apakah cara berpikir yang mereka miliki sehingga otak mereka mampu menghasilkan gagasan-gagasan segar atau orisinil?
Pertanyaan yang sering mengemuka adalah seperti apakah cara berpikir yang mereka miliki sehingga otak mereka mampu menghasilkan gagasan-gagasan segar atau orisinil?
Beberapa cara berpikir atau way of thinking yang mampu menjadikan seseorang memiliki kemampuan berpikir kreatif serta menghasilkan gagasan atau ide-ide segar yang baru adalah: Divergent thinking, Associative thinking, Lateral thinking dan Analogical thinking. Kita akan mencoba membahasnya seperti dituturkan oleh Sandra E. Moriarty dari Universitas Colorado dalam bukunya yang berjudul Creativity Advertising, Theory and Practice.
Divergent thinking adalah cara berpikir yang dimulai dari hal-hal yang umum atau general serta kemudian diturunkan atau dikembangkan menjadi beberapa alternatif; atau mengembangkan satu pemikiran yang masih sangat umum yang kemudian diturunkan menjadi beberapa pemikiran alternatif hingga akhirnya tiba pada satu titik yang disebut sebagai alternatif logis. J.P. Guilford, akademisi yang berjasa mengembangkan cara berpikir ini menciptakan sebuah model tiga dimensi cara berpikir intelek yang sangat kompleks dan kemudian mengidentifikasi tiga karakter spesifik yang sangat umum ditemukan pada orang-orang kreatif yaitu: fluency, flexibility dan originality. Fluency berkaitan dengan kepercayan diri atau upaya pencarian gagasan yang tak henti-henti, flexibility berkaitan dengan kelenturan dalam berbagi dan menerima saran, sementara originality berkaitan dengan keaslian gagasan atau keengganan meniru.
Associative thinking adalah cara berpikir yang didasarkan kepada niat untuk mengombinasikan kembali sejumlah gagasan atau elemen-elemen lama. Juga dimaknai sebagai keinginan yang kuat untuk melihat lebih jauh keterkaitan baru (new connection) diantara elemen-elemen lama, bahkan mendampingkan (juxtaposing) dua pemikiran yang tidak saling berkaitan. Associative thinking juga disebut dengan free association, yaitu suatu situasi dimana seseorang terlibat dalam suatu proses berpikir yang sangat terbuka dan berekspresi dengan bebas seadanya. Seseorang yang menggunakan cara berpikir asosiatif lebih mengedepankan pengalaman empiris daripada menggunakan reasoning (proses berpikir logis). Setiap orang bisa memiliki pendapat yang sangat berbeda dan orang lain di sekitarnya akan mendengar sekalipun pendapat tersebut tampak tidak logis. Gagasan yang dilontarkan adalah random, dan setiap orang dituntut untuk mengemukakan sebanyak mungkin fakta untuk dibicarakan.
Lateral thinking adalah teori berpikir yang dikembangkan oleh Eduward de Bono dalam bukunya Lateral Thinking, Creativity Step by Step. Cara berpikir ini adalah salah satu bentuk divergent thinking yang oleh De Bono disebut dengan lateral thinking, yaitu cara berpikir melompat-lompat tanpa struktur yang jelas. Kontras dengan lateral thinking adalah vertical thinking yang sangat reasoned atau logis dan argumentatif. Vertical thinking dikenal sangat linear dan menggunakan salah satu dari induksi atau deduksi. Pada umumnya, orang-orang yang menyebut diri kreatif sangat kental dengan pola berpikir lateral serta sekaligus kekuatan asosiatif. Mereka akan melompat dan menggali di sebanyak mungkin tempat hingga mereka menemukan sesuatu yang sebelumnya tidak diharapkan. Lateral thinking sarat dengan ciri-ciri sebagai berikut: generative, mencari arah, provokatif, melompat jauh, not judgmental atau tidak perlu benar pada setiap tahap, positif atau menginvestigasi setiap langkah, menerima dengan lapang setiap intervensi, tidak mengelompokkan atau memberi label atau klasifikasi, dan sangat probabilistik (Bruce Vanden Bergs dan Keith Adler).
Analogical thinking adalah cara berpikir yang sarat dengan metafora dan analogi. Suatu metafora akan menjauhkan suatu gagasan keluar konteks dan memaksanya mendekat ke konteks lain demi mendekatkan gagasan tersebut dengan konsep lain. Para penulis kreatif sangat gemar menggunakan analogi demi membangkitkan gestur baru audiens. Misalnya, Buce Stauderman mengunakan analogi yang luar biasa ketika mengatakan, “the telephone is the airplane of the heart,” dalam sebuah billboard di Perancis. Analogi sangat mirip dengan metafora. Analogi juga dapat digunakan membantu proses berpikir rasional (reasoning) karena mampu menjelaskan langkah dan prosedur.
sumber : http://advertising-indonesia.id/2018/06/08/creative-thinking-pekerja-kreatif/2/