Pembudidaya ikan air tawar, khususnya yang fokus pada pembenihan dipastikan memerlukan cacing sutera sebagai bahan pakan alami. Untuk itu, bagi sejumlah pembudidaya, cacing sutera bisa dijadikan usaha yang menguntungkan. Seperti yang diraup oleh Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan Pintu Air, Umar Hasan.
“Apabila harga cacing sutera Rp 15 ribu/liter, kami bisa mendapat penghasilan kotor Rp 1,4 juta/bulan, ” ujarnya. Usaha budidaya cacing sutera ini sangat menguntungkan, karena pasarnya sudah ada yakni para pembenih ikan air tawar.
Budidaya cacing sutera yang dilakukan dengan media nampan (tray) bisa memproduksi sekitar 96 liter cacing sutera/bulan (satu periode).
Menurut Umar, usaha budidaya cacing sutera tak memerlukan investasi besar. Biaya investasi yang diperlukan hanya sebesar Rp 4,5 juta untuk pembuatan rak kayu dan terpal kolam penampung air, serta pembuatan media budidaya. Nah, prasarana budidaya ini mampu bertahan selama 2,5 (dua) tahun, dengan penyusutan Rp 150 ribu/bulan.
“Sedangkan biaya operasional sebesar Rp 200 ribu untuk benih dan pakan per dua minggu atau Rp 400 ribu/bulan. Artinya, dengan modal Rp 550 ribu dalam periode 1 (satu) bulan kami bisa panen sebanyak 96 liter cacing sutera,” papar Umar.
Dirinya juga mengatakan, usaha budidaya cacing sutera ini sangat menguntungnya karena keuntungan bersihnya bisa mencapai Rp 850 ribu/bulan. “Dengan nilai R/C ratio (Revenue per Cost ratio) sebesar 2 artinya usaha ini sangat menguntungkan,” ujarnya.
Semakin banyak nampan yang digunakan, semakin banyak cacing sutera yang diproduksi, sehingga keuntungannya pun bisa semakin meningkat. Apalagi budidaya cacing sutera yang dilakukan Umar dengan metode nampan (tray) tidak membutuhkan lahan yang luas. Sebab, medianya bisa disusun ke atas secara vertikal.
“Karena itu, budidaya cacing sutera tak perlu lahan luas. Bahkan, cenderung bisa dilakukan di lahan sempit di pekarangan rumah, ” kata Umar.
Pembudidaya cacing sutera di Bogor ini menyebutkan, potensi cacing sutera sebagai pakan alami sagat dibutuhkan pembenih ikan air tawar. Selain kandungan nutrisi tinggi, cacing sutera juga mudah dan murah untuk dibudidayakan di lahan yang berbatas serta masa reproduksi yang terbilang cepat.
Terus Didukung
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Slamet Soebjakto mengatakan, cacaing sutera merupakan salah satu pakan alami yang penting dalam kegiatan budidaya ikan air tawar khususnya pada fase pembenihan.
Oleh karenanya, saat ini pengembangan budidaya cacing jenis ini terus digalakkan di berbagai daerah di Indonesia. “Kami juga sudah berhasil berinovasi mengembangkan budidaya cacing sutera secara massal. Inovasi tersebut telah didesiminasikan kepada masyarakat pembudidaya ikan di seluruh Indonesia melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Perikanan Budidaya Air Tawar yaitu di Sukabumi, Jambi, Tatelu dan Mandiangin,” kata Slamet Soebjakto.
Seperti diketahui, cacing sutera bernama latin Tubifex sp atau sering disebut cacing rambut merupakan cacing berkoloni yang masuk dalam kelas jenis Oligochaeta berukuran 2 – 4 cm yang hidup di perairan jernih dan kaya bahan organik. Cacing sutera mengandung protein 57 – 60?n lemak 13 – 20%.
“Karena nilai gizi yang tinggi ini, membuatnya sangat diminati pembudidaya guna mencukupi kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan benih ikan, ” tutur Slamet.
Menurut Slamet, cacing sutera juga mengandung vitamin B12, mineral, asam amino serta asam lemak tak jenuh. Cacing ini juga mudah dicerna dalam tubuh ikan karena tanpa tulang kerangka serta sesuai dengan bukaan mulut larva.
Lantaran banyak pemudidaya ikan membutuhkannya sebagai pakan alami, budidaya cacing sutera menjadi peluang ekonomi bagi masyarakat. Bahkan, pembudidaya cacing sutera sangat menguntungkan dan tak butuh lahan luas.
Artinya, budidaya cacing tanah bisa dilakukan di pekarangan rumah. “Budidayanya juga tidak membutuhkan waktu yang lama sehingga waktu pengembalian investasinya pun lebih singkat dan perputaran uangnya juga cenderung lebih cepat, ” kata Slamet.
Slamet menjelaskan, KKP terus berupaya agar teknik budidaya cacing sutera ini dapat dikuasai oleh pembudidaya khususnya di luar Jawa. Hal ini untuk mengatasi kelangkaan pakan alami bagi benih ikan, sehingga benih ikan air tawar tak semata-mata menggantungkan dari Jawa.
Menurut Slamet, ada beberapa metode budidaya cacing sutera yang bisa dilakukan pembudidaya. Mulai dari metode kolam plastik terpal, nampan bertingkat, bak semen, hingga kolam tanah yang bisa dilakukan di outdoor maupun indoor.
Dengan adanya penguasaan teknologi budidaya cacing sutera saat ini, diharapkan dapat menjamin ketersediaan pakan alami secara kontinu. Sehingga problem utama pembenihan ikan air tawar, yaitu ketersediaan pakan alami, sudah terpecahkan.
Dikutip dari sumber