Ane bikin trit ingin menanyakan kepada aganagan disini tentang aplikasi instagram.
Ane tau instagram itu bagus juga untuk promosi bisnis, trending, dll.
Saya mau bertanya,
Apa yang membuat kalian tidak menyukai instagram ?
Saya ingin menjelaskan dahulu alasan saya tidak menyukai instagram tahun 2017 sampai sekarang
Dan saya dulu tahun 2016 menyukai instagram.
Saya dulu sangat menyukai instagram, bahkan sampai menyuruh pacar saya waktu itu untuk membuat account Instagram juga.
Setiap ada kejadian selalu merasa perlu untuk posting dalam instagram story, dan kalau ada great moment yang foto nya bagus saya akan posting di timeline.
Awalnya saya suka instagram karena “Oh, ini seperti menulis diary di masa modern!” Maksud saya, sangat mudah untuk mengabadikan momen setiap harinya!
Misalnya hari ini saya pergi kerja dan di bus ada seseorang pekerja yang membawa selimut lucu karena cuaca dingin, suasana kantor yang sedang bersih-bersih, ditraktir makan oleh teman saat makan siang, kemacetan di jalan, dan saat berjalan sendirian di stasiun dibawah gerimis hujan menunggu taksi. Saya bisa mengabadikan semua momen dalam bentuk video dan foto, sama seperti saat saya kecil dulu yang selalu tertarik menulis diary.
Namun semuanya berubah saat saya menyadari betapa mudahnya semua orang mengetahui kehidupan saya. Betapa mudahnya untuk menjadi sombong (saat memiliki banyak teman, makan di restauran mahal, posting outfit mahal). Betapa mudahnya untuk orang lain menjadi iri pada kita. Juga saat saya sedang mengalami hari buruk ataupun menangis – saya tidak pernah posting di media sosial, saya berfikir, wah palsu sekali ya, hidup saya di media sosial ini?
Belum lagi jumlah waktu yang termakan hanya karena melihat-lihat instagram. Rasanya rugi! Menontoni hidup orang di story? Melihat orang memfoto wajah mereka dekat-dekat yang tidak ada faedah nya? Merasa iri dengan hidup orang lain? Belum lagi akun gossip dan berita-berita palsu.
Semenjak itu saya yakin bahwa media sosial yg saya gemari, yang dulunya positif, malah menjadi negatif bagi saya. Dan saya selalu semangat untuk membuang jauh-jauh hal negatif dari hidup saya.
Maka dari itu saya segera menghapus dan melupakan instagram. Kembali lagi dengan menulis diary, menulis di kaskus, kadang juga menulis di twitter.
Menurut saya bila anda nyaman dengan instagram, tidak ada salahnya untuk tetap menggunakannya. Setiap orang memiliki kenyamanan yang berbeda-beda.
Instagram sudah beralih fungsi dari yang murni tempat menyalurkan hobi fotografi menjadi “majalah diri sendiri”. Berikut yang saya rasakan :
1. Wadah untuk menampilkan identitas diri (bahkan saya yakin halaman profil ig lebih diminati dibanding kartu nama). Jadi setiap kenalan dengan orang malah lebih lama memperhatikan instagramnya dibanding interaksi langsung.
2. Media sosial yang kejam, karena timeline nya diurutkan berdasarkan likes terbanyak dan orang yang paling diminati (bukan murni berdasarkan urutan waktu).
3. Sejak ada fitur stories, rasanya interaksi sosial menjadi pasif dan bahkan seperti jumlah likes, jumlah viewers bahkan menjadi suatu “masalah” karena hal serupa di point 2
4. Mulai berdampak buruk karena orang saling merasa lebih pantas dan lebih layak pada “mendingan foto aku yg ini daripada foto dia, bagusan juga aku kalo bikin story blablabla”. Disini mulai paham bahwa follow bukan berarti “teman”
5. Budaya kita yang budaya latah, mulai dari tempat foto sampai outfit harus banget ngikutin trend yang entah kenapa orang seantusias itu buat mengikutinya. Efek lainnya bahkan yang edgy sampai berlomba2 paling edgy. Hal ini berkaitan dengan “interest” penggunanya dimana yang engagementnya kecil ya selamanya tidak akan dilihat/muncul.
6. Tidak bisa memisahkan realitas di dunia nyata dengan di instagram. Ironisnya kalau dengan melihat instagramnya, kita sudah merasa paham tentang kehidupan dia tanpa perlu berinteraksi langsung kepada orangnya. (Ini juga terasa di medsos lain).
7. Dengan munculnya fitur close friend yang makin mempertajam pola pikir “ah dia mah teman aja, ah dia mah cuman kenal, ah dia mah siapa, blablabla”. Tapi kalo giliran perlu, langsung deketin dan posting foto orangnya
8. Budaya “my instagram my rule” justru membuat poin 1–7 diatas menjadi ter-denial dan menuhankan diri sendiri seakan semuanya tidak ada masalah, orang lain dan lingkungan yang salah, membuat diri tidak bisa melihat sesuatu dengan benar.
Setiap orang memiliki kenyamanan yang berbeda-beda