Top Choice for Your Business

Klik untuk hubungi kami >> Contact Us

5 Pertanyaan Sains Sederhana Ini Ternyata Jawabannya Cukup Rumit, Lho!

5 Pertanyaan Sains Sederhana Ini Ternyata Jawabannya Cukup Rumit

Jika kamu merupakan orang yang selalu penasaran dengan hal-hal ilmiah yang terlihat sederhana, mungkin kamu juga tahu bahwa jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak sesederhana yang dibayangkan.

Nah, tentu kamu penasaran kan, dengan jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut? Yuk, disimak, siapa tahu dapat menambah wawasan kamu.

1. Kenapa hujan bisa menimbulkan bau?

Pernahkah kamu mengamati lingkungan kamu pada saat hujan turun? Kenapa pada saat hujan turun selalu muncul bau-bau yang segar? Pertanyaan ini sebetulnya terlihat sederhana, namun jawaban ilmiahnya ternyata cukup kompleks, lho.

Faktanya, air hujan yang turun tidak memiliki bau atau aroma apa pun. Lantas dari mana aroma menyegarkan tersebut berasal? Aroma tersebut berasal dari kombinasi tanah lembab dan senyawa yang dikeluarkan oleh tanaman, seperti dicatat dalam Earth Sky.

Bakteri tanah bernama actinobacteria yang telah mati dan membusuk akan diserap oleh tanaman. Pada saat hujan turun, suhu juga akan turun pada titik tertentu, dan merangsang tanaman untuk mengeluarkan senyawa organik bernama geosmin.

Senyawa atau zat organik geosmin inilah yang bertanggung jawab terhadap aroma hujan atau petrikor. Sifatnya seperti alkohol sehingga mudah menguap dan bereaksi pada saat hujan turun. Petrikor atau bau hujan yang menyegarkan inilah yang sering kamu cium pada saat musim hujan tiba.

2. Mengapai air laut berwarna biru?

Pada dasarnya air laut tidak berwarna, sama seperti air lainnya yang juga tidak berwarna. Tapi kenapa air di lautan tampak berwarna biru? Bahkan pertanyaan sederhana ini telah mengundang banyak ilmuwan untuk melakukan penelitian untuk menjawabnya.

Laman National Ocean Service menjelaskan kenapa lautan cenderung terlihat berwarna biru. Hal ini terjadi karena air laut menyerap warna tertentu dalam spektrum cahaya Matahari.

Dari semua warna yang terpancar dalam spektrum cahaya, air laut ternyata menyerap di bagian warna merah. Nah, karena air laut menyerap bagian merah di spektrum cahaya, warna yang ditebarkan oleh lautan justru warna sebaliknya, yakni biru dan hijau.

Baca Juga  Mengulik Kepribadian Seseorang Menurut Golongan Darah

Coba ingat-ingat lagi pelajaran fisika SMP tentang prinsip optika dalam spektrum cahaya, bahwa merah adalah warna dengan gelombang terpanjang, sedangkan biru dan hijau merupakan gelombang yang jauh lebih pendek. Jadi prinsipnya adalah, jika zat cair menyerap gelombang cahaya merah, maka ia akan membiaskan gelombang cahaya biru.

Mengapa lautan menyerap gelombang cahaya di bagian merah, dan bukan warna lainnya? Hal itu terjadi karena air laut mengandung pekat garam. Kandungan garam yang tinggi akan lebih mudah memantulkan dan membiaskan warna biru dan hijau jika di hadapkan pada spektrum cahaya Matahari.

3. Mengapa Bumi itu bulat?

Mengapa Bumi dan planet-planet lainnya berbentuk bulat? Mengapa tidak berbentuk datar, segitiga, trapesium, atau bentuk lainnya? Sebenarnya jawabannya simpel, yakni karena ada gaya gravitasi yang membentuk unsur-unsur planet di masa-masa awal pembentukan Tata Surya.

Namun, jika jawabannya sesederhana itu, tentu orang awam akan sulit untuk mengerti. Faktanya, gaya gravitasi yang masif memang telah membentuk Bumi dan planet lainnya terbentuk dengan bentuk yang bulat, seperti dijelaskan dalam Scientific American.

Medan gravitasi yang ada–sebagai salah satu 4 gaya fundamental pembentuk alam semesta–telah menarik berbagai macam unsur yang ada di Tata Surya untuk membentuk sebuah bulatan gas panas pada 4,6 miliar tahun silam.

Unsur-unsur ini terus berputar pada poros gravitasinya, sehingga membentuk bulatan, meskipun tidak benar-benar bulat 100 persen. Dan pada saat suhu turun, maka terbentuklah sebuah planet dengan berbagai macam unsur pembentuk yang ada.

Pembentukan bulatan planet ini dinamakan ‘penyesuaian isostatik’, di mana penyesuaian ini muncul akibat proses yang terjadi secara terus menerus. Molekul dan segala macam unsur tersebut terus terikat dengan gaya tarik yang ada, dan satu-satunya cara untuk menyeimbangkan keterikatan itu adalah membentuk sebuah bulatan yang menyerupai bola.

Baca Juga  Viral Foto Jadul Pedagang Keliling di Rumah Mewah Tahun 1915, Jenis Buah yang Dijual Bikin Publik Salfok

4. Apakah cahaya bintang yang kita lihat di malam hari itu menunjukkan bahwa bintang berada dekat dengan Bumi?

Pertanyaan sederhana ini sering terdengar, bahkan oleh beberapa kalangan akademisi. Apakah cahaya bintang yang dilihat dari Bumi itu menunjukkan bahwa bintang tersebut dekat dengan Bumi?

Nyatanya, untuk menjawab pertanyaan ini ternyata gak gampang. Bintang terbesar yang paling dekat dengan Bumi tentu adalah Matahari. Namun, bagaimana dengan jutaan bintang yang cahayanya terlihat pada malam hari? Jika kamu melihat cahaya bintang di malam hari, itu artinya kamu sedang melihat masa lalu alam semesta.

Apa ini serius, melihat masa lalu? Yup, kamu gak salah kok. Kamu memang bisa melihat masa lalu alam semesta melalui cahaya bintang. Apa yang kamu lihat di malam hari tersebut merupakan kejadian jutaan dan bahkan miliaran tahun yang lalu.

Tentunya kamu ingat dengan kecepatan cahaya, bukan? Ya, cahaya memiliki kecepatan 300.000 km per detik. Itu artinya, cahaya akibat ledakan bintang di masa lampau baru bisa kamu lihat di masa sekarang, karena rambat cahaya pun membutuhkan waktu.

Contohnya, ledakan bintang yang terjadi 1 juta tahun silam, ini berarti cahaya ledakannya baru bisa dilihat dari Bumi saat ini, pada saat 1 juta tahun setelah bintang itu meledak. Ini artinya, bintang tersebut memiliki jarak 1 juta tahun cahaya dari Bumi, dan itu sangat jauh sehingga mustahil ditempuh dengan teknologi manusia.

5. Duluan mana, ayam atau telur?

Laman Science mengulas bahwa evolusi bidang biomolekuler dapat menjawabnya, setidaknya dapat mengakhiri rasa penasaran kamu selama ini. Jawaban ini sangat kompleks dan ribet, karena terbagi menjadi 2 jenis jawaban ilmiah.

Baca Juga  Aurel Hermansyah Ungkap Total Belanja dalam Satu Hari, Publik: Bisa Dapat Sepeda Motor

Pertama, ayam adalah evolusi dari nenek moyangnya yang masih satu famili dengan dinosaurus, yakni theropoda, yang merupakan reptil di awal-awal masa setelah kepunahan era kambrium (sekitar 300-500 juta tahun silam). Theropoda menghasilkan spesies evolusi bernama ceratosauria dan tetanurae.

Dari ceratosauria ini menghasilkan banyak golongan subspesies yang salah satunya bernama tyrannosaurus rex. Evolusi yang terjadi secara masif pada sebagian golongan tyrannosaurus rex inilah yang memunculkan spesies baru berupa turunan ayam purba dalam rentang puluhan juta tahun silam.

Jika dilihat dari alur evolusi ayam purba, maka seharusnya telur yang ada lebih dulu, namun bukan telur ayam modern, melainkan telur dari spesies peralihan antara tyrannosaurus ke ayam purba. Hal ini diperkuat dengan penelitian sampel DNA yang menunjukkan bahwa ayam purba masih keluarga dinosaurus.

Kedua, perlu diingat bahwa ayam modern terbentuk pada rentang waktu evolusioner yang sangat lama. Spesies ayam purba yang diturunkan secara genetik dari reptil, tidak begitu saja berubah menjadi unggas. Spesies tyrannosaurus berevolusi menjadi spesies gallus purba.

Hal ini menguatkan dugaan para ilmuwan yang menyatakan bahwa seharusnya ayam modern ada terlebih dahulu, baru mereka bertelur. Apalagi telur ayam modern sangat berbeda dengan telur reptil di masa purba.

Jadi, mana yang benar? Keduanya benar. Jawaban bisa didapat dari rentetan waktu (timeline) yang ada di masa-masa evolusi purba. Telur yang dihasilkan dari spesies reptil ada sebelum ayam purba. Ayam purba berevolusi menjadi ayam modern, dan akhirnya menghasilkan telur ayam modern hingga saat ini.

Itulah lima pertanyaan sederhana yang ternyata membutuhkan jawaban yang sangat kompleks. Bagaimana menurutmu? Semoga penjelasan singkat di atas dapat mudah dimengerti, ya!

WhatsApp chat