Posisi Perdana Menteri Inggris Boris Johnson tampaknya semakin rentan. Sejumlah pihak memintanya mundur.
Ini terkait skandal pesta dan pertemuan di kantornya Downing Street, selama periode penguncian dan pembatasan Covid-19, Mei 2020. Pesta itu sendiri dihadiri 100 orang.
Padahal kala itu, warga Inggris hanya diizinkan untuk bertemu satu orang saja dari luar rumah. Mereka pun harus bertemu di luar ruangan dengan sejumlah aturan ketat lain.
Foto-foto yang beredar menggambarkan bagaimana ia dan istri serta 17 angora staf minum anggur dan makan keju. Meski mengakui ke parlemen Inggris bahwa dia telah menghadiri acara di Downing Street selama penguncian Covid-19, ia berdalih kegiatan itu adalah “acara kerja”.
“Fakta berbicara,” kata pemimpin partai oposisi, Partai Buruh, Kier Starmer, dikutip CNBC International dari BBC, Senin (17/1/2022).
“Saya pikir dia melanggar hukum. Saya kira ada baiknya dia mengakui bahwa dia melanggar hukum,” tambahnya seraya menekankan Johnson berbohong.
Hal sama juga dikatakan sejumlah anggota parlemen dari Partai Konservatif, asal Johnson. Ia bahkan diminta mengundurkan diri.
Posisinya dianggap tak bisa dipertahankan karena kemarahan publik telah meningkat akibat semakin banyak laporan tentang pesta di gedung-gedung pemerintah yang digelar. Sebagian lain juga mempertanyakan penilaian Johnson dan budaya kerja di Downing Street.
Sebelumnya Johnson dikabarkan sudah meminta maaf ke Ratu Elizabeth II akibat skandal ini. Johnson juga menawarkan “permintaan maaf yang tulus” meski tetap membela dirinya, di hadapan House of Commons (Majelis Rendah Parlemen) Inggris.
Inggris sendiri masih menjadi salah satu negara dengan kasus Covid-19 terbanyak. Dalam laporan Senin, ada 70.924 kasus denna 88 kematian.
Negeri ini mencatat 15,2 juta kasus Covid-19 sejak pandemi terjadi. Ada sekitar 151 ribu kematian.