Dikutip dari Pojoksatu.id, Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta ikut mengometari kemarahan Presiden Jokowi kepada para menteri.
“Kalau tidak ada progres, berarti banyak instrumen yang tidak ter-deliver dan itu menunjukkan negara sudah kehilangan efektivitasnya,” ujarnya melalui layanan pesan, Selasa (30/6).
Anis berujar, kehilangan efektivitas itu adalah salah satu dari tiga ciri negara gagal.
Karenanya, ia mendesak Jokowi agar mengevaluasi Kabinet Indonesia Maju.
“Apakah kabinet Jokowi saat ini kabinet pesta atau kabinet kerja? Ini serius, karena satu dari tiga tanda negara gagal Indonesia sudah memasukinya,” tegas Anis.
Menurut Anis, ada tiga jebakan yang harus dihindari pemerintah demi menghindarkan Indonesia dari jalan menuju negara gagal.
Pertama, menghindari jebakan kapasitas, khususnya kepemimpinan nasional. Kedua, jebakan keamanan seiring terjadinya kontraksi antara kebebasan berdemokrasi versus kontrol negara terhadap publik.
“Ketiga, adalah jebakan legitimasi publik dan koalisi partai pemerintah yang sudah tampak mulai menyelamatkan diri masing-masing,” papar Anis.
Selain itu, Anis juga menyarankan Jokowi membuat tiga klaster untuk menghadapi krisis akibat pandemi yang berlarut-larut. Klaster pertama adalah ilmuwan atau para saintis terbaik.
“Sehingga pemerintah bisa memahami krisis pandemi ini secara mendalam dan tepat,” ujar Anis.
Klaster kedua terdiri dari layanan publik terutama sektor kesehatan, sosial, pendidikan dan ekonomi.
Sedangkan klaster ketiga, adalah klaster geopolitik yang cukup penting.
“Strategi geopolitik kita tampak tidak punya arah,” ulasnya.
Sebelumnya Presiden Jokowi menumpahkan kekesalannya dalam Sidang Paripurna KIM pada 18 Juni lalu.
Presiden Jokowi dalam forum itu menganggap para menterinya bekerja biasa-biasa saja pada masa pandemi Covid-19.
Jokowi menginginkan belanja kementerian dipercepat agar uang yang mengalir ke masyarakat makin banyak.
Mantan Gubernur DKI itu mencontohkan anggaran kesehatan dalam APBN 2020 yang dipatok Rp75 triliun, namun yang teralisasi baru 1,53 persen.
Selain itu, Jokowi juga menyebut upaya pemulihan ekonomi nasional tidak menunjukkan progres signifikan.
Sebab, berbagai stimulus ekonomi tak kunjung terealisasi.
Sumber : Pojoksatu.id