Top Choice for Your Business

Klik untuk hubungi kami >> Contact Us

Empat Keunikan Desa Gamplong, Lokasi Syuting Bumi Manusia…

Pernah dengar tempat wisata Desa Gamplong? Jika belum, apa kamu sudah nonton film Bumi Manusia? Nah, untuk kamu yang sudah pernah menonton film Bumi Manusia, pasti kamu sudah tidak asing lagi dengan latar filmnya yang bernuansa zaman kolonial Belanda.

Tempat yang dijadikan lokasi syuting film Bumi Manusia tersebut adalah Desa Gamplong, sebuah desa wisata yang terletak di daerah Sleman, Yogyakarta. Lokasi desa wisata yang berada jauh dari pusat kota ini, akan membuatmu terkesan dengan suasana pedesaannya yang asri dan tenang, serta jauh dari keramaian.

Desa Gamplong ini ternyata tidak hanya pernah dipakai untuk lokasi syuting film Bumi Manusia saja, lho. Sebelumnya, desa wisata ini juga pernah dijadikan sebagai tempat syuting film Sultan Agung garapan sutradara kondang tanah air, Hanung Bramantyo.

Meski sudah menjadi tempat wisata, ternyata tidak ada tarif khusus untuk memasuki kawasan wisata Desa Gamplong. Kamu hanya perlu memberi uang sukarela saja sebagai biaya tiket masuknya. Kamu juga bisa berkunjung ke desa wisata ini setiap hari, kecuali hari senin. Kawasan Desa Gamplong ini buka sejak pagi hingga sore hari.

Untuk itu, jika kamu sedang ada kesempatan berlibur ke Yogyakarta, luangkanlah waktu dari jadwal liburanmu untuk berkunjung ke desa wisata unik yang Instagramable satu ini. Desa Gamplong cocok banget bagi kamu yang hobi berburu foto bagus untuk dipajang di feeds Instagram-mu.

Baca Juga  Luhut Bawa Kabar Tak Enak Soal Covid Omicron RI, Berani Baca?

Penasaran dengan Desa Gamplong dan “Mini Hollywood”-nya? Semenarik apa, sih? Yuk, langsung aja simak penjelasan kami di bawah ini, ya!

“Mini Hollywood” Desa Gamplong
Awalnya, studio di desa ini dibangun atas prakarsa seorang pengusaha sukses pendiri Mustika Ratu, yaitu Mooryati Soedibyo. Alasannya karena beliau berniat untuk menyumbangkan sebuah film untuk bangsa.

Beliau berkeinginan film tersebut dapat memberikan pelajaran tentang pengembangan karakter dan kepemimpinan untuk para generasi muda. Oleh karena itu, dipilihlah tokoh Sultan Agung sebagai inspirasi proyek film tersebut, serta dicarikan lokasi syuting yang sesuai.

Sejak terkenal karena dijadikan tempat pengambilan gambar untuk film Sultan Agung dan Bumi Manusia, Desa Gamplong menjadi tempat wisata yang banyak dituju oleh para pelancong. Salah satu wilayah di desa wisata ini telah disulap menjadi sebuah studio alam agar dapat mendukung setting film yang bernuansa abad 16-an.

Kabar baiknya, setting dan “studio” untuk tempat pengambilan gambar ini sama sekali tidak dirobohkan meski prosesi syuting filmnya telah selesai. Studio alam tersebut diberikan ke pemerintah sekitar, serta kemudian dijadikan tempat wisata.

Dalam studio alam di Desa Gamplong ini terdapat beberapa bangunan ikonik yang dapat kamu temui. Contohnya, bangunan berupa Keraton Mataram, kampung kecil ala masyarakat Mataram, kampung Belanda, rumah Jawa kuno yang terbuat dari anyaman bambu, hingga replika kali Ciliwung.

Jika kamu berkunjung ke sana, kamu akan merasa bahwa Desa Gamplong ini seperti memiliki perkotaan sendiri. Suasana khas dari film kolosal yang telah dibuat, masih berdiri kokoh hingga sekarang. Tidak heran, Desa Gamplong ini merupakan sebuah desa wisata dengan sejuta spot foto yang sangat keren.

Baca Juga  Wajib Tahu, Ini 5 Fitur Mobil Yang Akan Punah Di Masa Depan

Pusat Kerajinan Tenun Desa Gamplong
Bukan hanya menarik karena tempatnya yang dijadikan lokasi film tanah air yang sukses. Sejak dulu, Desa Gamplong juga ternyata terkenal akan pusat kerajinan tenunnya. Desa ini menghasilkan tenun-tenun original tanpa alat mesin, melainkan langsung buatan tangan manusia. Keren, bukan?

Hasil produksi kerajinan desa ini ternyata tidak hanya dipasarkan di Yogyakarta saja, lho. Kerajinan-kerajinan hasil karya penduduk desa ini juga banyak diminati oleh pembeli dan pengusaha luar kota seperti dari Jakarta dan Bali, bahkan hingga mancanegara, yaitu Australia.

Terdapat sekitar 15 toko yang bisa kamu datangi untuk berbelanja aneka kerajinan tenun tersebut. Meski sentra industri tenun tersebut sudah ada sejak tahun 1950-an, namun seiring berjalannya waktu, jumlah para pengrajin terus menurun, dan bahkan tidak ada penerus.

Meski begitu, jika kamu ingin belajar membuat tenun, kamu masih bisa belajar dengan penduduk sekitar, lho. Tidak hanya itu, kamu bahkan bisa menginap di salah satu rumah warga di desa tersebut. Kapan lagi, bisa berlibur dan menikmati suasana pedesaan yang asri sambil belajar membuat tenun?

Sumber Air Melimpah Desa Gamplong

Desa Gamplong juga ternyata memiliki sumber air yang sangat melimpah, yang biasa dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk keperluan sehari-hari. Meski letaknya 90 meter di atas permukaan laut, namun dengan curah hujannya yang cukup tinggi, kawasan desa ini memiliki daya tampung air cukup besar.

Baca Juga  Kenapa Ramadhan Disebut Bulan Kemenangan? Baca Penjelasannya di Sini

Selain itu, letak geografis Desa Gamplong banyak didominasi dengan materil vulkanik Gunung Merapi, yang berguna untuk membawa air dari dalam tanah untuk keluar.

Inilah yang menjadikan Desa Gamplong memiliki sumber air yang melimpah, sehingga warga sekitar dapat memanfaatkannya untuk berbagai kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci baju, dan untuk memasak.

Spot Foto Instagramable Desa Gamplong
Kawasan wisata desa ini memang cukup luas dan tentunya sangat bagus untuk berfoto. Properti dan set yang dibuat untuk film-film yang digarap di sini sangatlah detail, sehingga hasil jepretanmu pun pasti akan sangat maksimal.

Salah satu spot foto yang dapat kamu jajal di kawasan Desa Gamplong ini adalah sebuah Benteng Zaman Kolonial Belanda. Meski benteng yang berada di desa ini adalah benteng buatan karena kebutuhan syuting, namun detail yang dibuat sangatlah mengagumkan dan mirip benteng peninggalan zaman kolonial Belanda sungguhan.

Selain itu, ada pula spot yang membuat suasana di desa ini sangat kental akan nuansa zaman dulu, yaitu set pasar tradisional dan pendopo joglo yang. Properti yang ada juga sangat diperhatikan detailnya, sehingga latar tahun 1600-annya sangat terasa.

WhatsApp chat